UPAYA MEMBANGKITAN PENDIDIKAN DI INDONESIA. Oleh: Jumadi, SE, MM Dosen Jurusan Manajemen FE UWMY A. Pendahuluan Upaya da...
82 downloads
862 Views
27KB Size
Report
This content was uploaded by our users and we assume good faith they have the permission to share this book. If you own the copyright to this book and it is wrongfully on our website, we offer a simple DMCA procedure to remove your content from our site. Start by pressing the button below!
Report copyright / DMCA form
UPAYA MEMBANGKITAN PENDIDIKAN DI INDONESIA. Oleh: Jumadi, SE, MM Dosen Jurusan Manajemen FE UWMY A. Pendahuluan Upaya dalam membangun dan mengembangkan Serta membangkitkan dunia pendidikan tidak akan terlepas bagaimana pengelolaan dunia pendidikan itu sediri serta dorongan dan semangat spiritualisme bagi pengelola pendidikan di Indonesia. Melihat sejarah Kejayaan bangsa-bangsa di Timur Tengah diawali dengan kedatangan Islam di Saudi Arabia. Dengan system tarbiyatul Islam yaitu proses pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Kepada umatnya telah mampu mengubah paradigma jahiliyah “kebodohan” kepada tsaqofah islamiyah “peradaban Islam” yang maju. Ajaran Islam yang pertama kali diturunkan kepada utusan Allah ini adalah IQRO’ yang artinya “MEMBACA’. Sehingga dalam perjalanan sejarah telah mencatat bahwa negara-negara atau kerajaan-kerajaan yang dikuasai oleh Islam berubah menjadi bangsa yang berilmu pengetahuan dan maju seperti munculnya kerajaan di Andalusia dan Cordoba sebagai pusat ilmu pengetahuan dunia pada masa abad pertengahan itu. Pendidikan menjadi sebah saran untuk dapat keluar dari probem sebuah bangsa termasuk di Indonesia. Problem besar Bangsa Kita pada saat ini adalah kemiskinan, Bahkan kemiskinan sudah menjadi permasalahan bangsa yang bersifat structural. Artinya, kemiskinan melahirkan kemiskinan juga. Seorang buruh bangunan yang mempunyai penghasilan terbatas “pas-pasan” menikah dengan wanita yang juga dari keluarga miskin akan melahirkan seorang anak yang mempunyai gizi kurang baik dan lingkungan keluarga yang tidak kondusif. Anak berkembang dengan bekal pendidikan yang terbatas karena factor biaya dan kapasitas IQ tak memadai. Setelah dewasa sang anak relatif kesulitan dan tidak mampu dalam persaingan kerja untuk mendapatkan pekerjaan yang “layak dan terhormat”. Sang anak akhirnya akan kembali ke habitat orang tuanya, sebagai tukang buruh bangunan atau tukang becak dan pekerjaan sekelasnya. Demikian seterusnya seorang anak adam yang berada dalam kemiskinan melahirkan keturunan yang sama miskinnya atau bahkan lebih miskin dari generasinya. Itulah yang disebut dengan kemiskinan strukural. (Subagyo, 2003) Untuk memutus lingkaran setan kemiskinan dapat di upayakan dengan salah satunya adalah pendidikan. Tuhan dalam salah satu firmannya dalam surat AlMujadilah ayat 11: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Belajar dari sejarah juga makin meyakinkan kepada kita bahwa kemajuan yang dialami bangsa-bangsa di dunia merupakan hasil dari buah pemikiran dan pikiran orang-orang terdidik. Pndidikan akan berhasil dengan baik apabila di laksanakan dengan sistem yang baik, di kelola dengan pengelolaan yang baik (manajemen). Pengelolaan yang baik (manajemen yang baik) merupakan pengintregrasian fungsi-fungsi manajemen itu sendiri dengan baik. Pendidikan dapat dilakukan baik melalui formal maupun nonformal. Sarana dan prasarana dapat dibangun baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Pendidikan ditujukan untuk membangun kepribadian dan merubah pola pikir masyarakat serta memberikan bekal ketrampilan dalam menjalani kehidupannya.Yang paling penting adalah bagaimana pengelolaan pendidikan (manajemen) itu sendiri di lakukan yang berhubungan dengan sumber-sumber, apa yang dibutuhkan, fungsi-fungsi atau tugastugas atau apa yang dilakukan serta tujuan atau sasaran yang hendak dicapai. Secara khusus konsep manajemen cenderung dipandang sebagai aktivitas yang berhubungan dengan fungsi-fungsi yang dilakukan manajer (pimpinan) yang terdiri dari; perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. “Dengan manajemen sebuah kegiatan akan berlangsung secara berkesinambungan”. Yang menenjadi pokok permasalahannya adalah bagaimana membangkitkan pendidikan di Indonesia? B. Realitas pendidikan di Indonesia Pada decade tahun 1980 bangsa kita menjadi guru bagi bangsa lain hal ini dapat di lihat dari banyaknya bangsa Malaysia yang menempuh pendidikan di Indonesia, kenyataan saat ini berbalik bahwa semakin sedikit bangsa Malaysia yang menempuh pendidikan di Indonesia dan bahkan justru kebalikannya banyak bangsa dari Indonesia yang saat ini bangga menempuh pendidikan di negeri Jiran itu. Menurut pendapat saya falsafah pendidikan di Indonesia ber-evolosi dari telur Angsa menuju telur cicak artinya bahwa pendidik (guru/Dosen Menghasilkan anak didik yang kualitanya lebih kecil dari yang guru atau dosennya dan ini berlangsung secara turun temurun. Hal ini kebalikannya dengan falsafah pendidikan yang ada di Negara lain termasuk Malaysia yaitu dari telur cicak menuju telur angsa dari falsafah ini terlihata bahwa anak didik yang di hasilkan lebih pintar dari dosenya atau gurunya. Fenomena falsafah telur angsa ke telur cicak mulai berkembang di Indonesia tak kala anak didik memahami slogan yang salah kaprah yang sangat familiar yaitu: TIME IS MONEY, sebenarnya slogan ini adalah slogan yang menyesatkan bagi peserta didik logika dalam slogan ini adalah waktu adalah uang sehingga sehingga slogan ini menjadi slogan yang sangat instan yang berdampak terhadap prilaku jalan pintas (short cut). Seharusnya slogan tersebut dirubah menjadi TIME IS KNOWLEDGE, KNOWLEDGE IS POWER, DAN POWER IS MONEY, logika slogan tersebut adalah waktu adalah ilmu artinya waktu harus digunakan untuk belajar, baru kemudian ilmu adalah kekuatan artinya supaya menjadi orang atau bangsa yang kuat maka harus berilmu, sehingga dengan kekuatan ilmu tersebut maka akan mendatangkan uang. Hal ini kalau saya simpulkan maka untuk mendapatkan uanga maka kita harus menjadi kuat, untuk menjadi kuat kita harus berilmu dan untuk berilmu kita harus belajar dan belajar itu membutuhkan Waktu. Oleh karena itu
jangan heran ketika bangsa ini menjadi bangsa yang lemah karena bangsa ini kurang memanfaatkan waktu untuk mencari ilmu. Selain kesalahan pemahaman slogan tersebut yang yang tidak kalah pentingnya adalah tidak adanya system pendidikan yang berkelanjutan, hal ini dapat dilihat dari seringnya ganti kurikulum yang tanpa adanya evaluasi terhadap kurikulum sebelumnya, sehingga setelah diberlakukan kurikulum baru tersebut tidak diketahui keburukan dan kebaikan dari kurikulum lama yang ditinggalkan. Kurikulum baru berjalan menggelinding begitu saja tanpa melihat kebaikan kurikulum lama. Hal ini di perparah oleh bergantinya mentri maka ganti pula kebijakannya tanpa adanya kesinambungan kebijakan yang pada akhirnya setiap periode hanya sebagai periode penjajagan atau ujicoba saja. Mestinya system pendidikan harus menerapkan system yang berkelanjutan kalau perlu dengan system learning organizatin change education yang disesuaikan dengan lingkungan yang ada. (Jumadi , 2005) C.Bagaimana membangkitkan Pendidikan di Indonesia? 1. Trilogi Kepemimpinan Jawa sebagai jembatan Kebangkitan Pendidikan di Indonesia Lembaga pendidikan sebagai salah satu pencipta kader pemimpin maka lembaga pendidkan merupakan kunci utama keberhasilan suatu generasi. Ketidak berhasilan kepemimpinan dari generasi kegenerasi merupakan kegagalan dalam proses pendidikan yang ada, bahkan lebih dari itu bahwa gegagalan tersebut juga disebakan oeh sistem pendidikan yang dikembangkannya. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan maka lembaga pendidikan harus mengembangkan kualitas SDM termasuk Guru/Dosen sebagai sarana untuk melakukan proses transpormasi pendidikan. Guru/Dosen bukan hamya sebagai seorang pendidik dan pengajar tetapi sekaligus sebagai seorang pemimpin harus mempunyai tiga unsur karakter kepemimpinan. Ada minimal ketiga karakter yang harus melekat pada seorang dosen/pendidik adalah: 1. Ingarso sungtulodho 2. Ing madyo mangun karso 3. Tutwuri handayani Ketiga karakter tersebut sebenarnya sudah lama menjadi jargon dalam pendidikan yaitu sejak jaman Ki Hajar Dewantara namun Jargon itu hanya sekedar jargon saja tanpa adanya implementasi yang riil, oleh karena itu apabila bangsa ini ingin bangkit maka seharusnya trilogy yang dikembangkan oleh Bapak Pendidikan itu di implementasikan oleh semua lapisan masyarakat terutama kalangan masyarakat pendidikan. Trilogi kepemimpinan ini sebenarnya telah di adopsi oleh negara barat dengan konsep Total Quality Managemet (TQM). Kesepadanan konsep Triloginya Kihajar Dewantara dengan TQM adalah sebagai berikut: 1. Ingarso sungtulodho sepadadan dengan Konsep Leadership 2. Ing Madyo Mangun Karso sepadadan dengan Konsep Managership 3. Tut Wuri Handayani Karso sepadadan dengan Konsep Entrepreneurship
Hal tersebut diatas menunjukkan bahwa konsep kepemimpinan dalam dunia barat sepadan dengan konsep Trilogi Kepemimpinan jawa yang di kembangkan oleh Kihajar Dewantara dan menurut decade perkembangannya bahwa bahwa Trilogi kepemimpinan jawa Yang dikembangkan oleh Kihajar Dewantara terbukti lebih dulu lahir ketimbang konsep Total Quality Manajemen yang dikembangkan oleh negara barat. Kita pun dapat membalik keadaan DAN BANGKIT seperti bangsa Malaysia atau jepang saat ini ketika mulai saat ini kita sadar untuk berubah DAN BANGKIT dari kondisi yang ada saat ini. Tak ada kata terlambat untuk MEMULAI suatu PERUBAHAN dan Bangkit: Kecepatan dan daya tanggap untuk mengejawantahkan pesan-pesan KI HAJAR DEWANTARA DAN harus segera terealisasikan dan terimplementasi dalam kurikulum dan silabi pengajaran di bangku sekolah dan kampus kita. Belajar dari pengalaman masa lalu, bahwa system pengajaran (Learning system) tidak lagi pada model penghapalan teori dan text book minded, tapi juga ditekankan pada pembentukan karakter dan budaya unggul (excellent culture). Pembentukan karakter dapat dilakukan dan diterapkan dalam lingkungan sivitas akademika. Artinya bukan diberlakukan kepada (maha) siswa saja yang menjadi obyek (character building) tapi harus juga didukung oleh tenaga pendidik, pimpinan beserta stafnya. Dunia Pendidikan memiliki peran sebagai “agen pengembangan” dalam kaitannya dengan tanggung jawab untuk memersiapkan generasi masa depan untuk menghadapi saat ini dan dimasa mendatang. Disamping itu, dunia pendidikan juga bertanggung jawab untuk menjadi partner dalam berkehidupan baik individual yang nantinya secara holistic diharapkan dapat menciptakan kehidupan kerja dan individual yang lebih berkualitas, serta berperan aktif dalam menghidupkan etika dan moralitas dalam sendi-sendi kehidupan, yang pada akhirnya akan terkait kembali pada komitmen awal yaitu pada pengembangan kominitas secara keseluruhan. Institusi pendidikan yang akan unggul di masa depan adalah lembaga yang mampu mengantarkan anak didiknya hidup layak sebagai anggota masyarakat dengan menggunakan bekal ketrampilan dan pengetahuan yang dimilikinya dan berkarakter unggul dalam bersosialisasi dengan lingkungannya. Bila setiap institusi pendidikan menerapkan system ini, kita bisa berharap fungsi pendidikan sebagai agen perubahan budaya dapat terwujud. 2. Melakukan pendidikan berbasis masalah (problem based – learning) Perkembangan berkehiduan terus melaju kencang. Tidak ada yang diam dan konstan, keadaan selalu berubah dari waktu ke waktu. Namun dalam kenyataannya dunia pendidikan berjalan lamban dalam membawa pendekatan-pendekatan pengajaran dan system pembelajaran mereka. Di Indonesia, kita pernah mengenal system belajar siswa aktif (CBSA) pada tahun 80-90an. Lalu pada awal tahun 2000an muncul konsep baru berupa Kurikulum berbasis Kompetensi (KBK). Kesesuaian penggunaan system dan kurikulum sebagaimana tersebut di atas mungkin dapat dilaksanakan untuk pendidikan/perguruan tinggi yang melandaskan diri pada pemikiran konvensional, yang masih menekuni buku-buku teks obsolit.
Contoh di bidang ekonomi Mereka terbelenggu oleh factor-faktor ekonomi teknis khas neo klasikal, tanpa mau melihat dan mengidentifikasi factor-faktor socialkultural yang menjadi energi dan mesin perkembangan serta kemajuan masyarakat. Bahkan ketika bangsa ini terpuruk kehidupan ekonominya, kaum ekonom konvensional ini terus main-main kelereng dengan factor-faktor ekonomi dan fundamental ekonomi yang itu-itu saja. Perkembangan system pembelajaran di dunia pendidikan terus berkembang dan berubah menyesuaikan perkembangan jaman. Dewasa ini muncul suatu system pembelajaran yang berbasis problem atau lebih dikenal dengan istilah Problem based Learning (PBL), Metode pembelajaran, ini mempunyai beberapa tujuann yaitu: a. Pertama upaya untuk mendapatkan sebanyak mungkin ilmu pengetahuan merupakan salah satu bagi para pembelajar. Metode ini juga mengharuskan bahwa pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda dipelajari dalam satu cara yang terintegrasi dan diaplikasikan untuk menyelesaikan berbagai persoalan. b. kedua adalah adalah pengembangan problem solving atau ketrampilan berpikir yang efektif dan efisien, sehingga mereka dapat mengatasi problemproblem baru dan kompleks yang akan mereka hadapi dalam karier mereka. c. ketiga adalah pengembangan ketrampian belajar yang mandiri, efektif dan efisien, sehingga pembelajar tahu kapan mereka membutuhkan informasi dan ketrampilan dalam pekerjaan mereka, dan tahu bagaimaan untuk memperoleh informasi tersebut dari sumber-sumber yang tepat dan up todate pada saat diperlukan. d. keempat adalah mengembangkan ketrampilan kerjasama tim yang akan membuat mereka mampu bekerja sebagai anggota tim yang efektif, sebagai pemimpin, anggota pembelajar dalam tim ketika dibutuhkan. 3. Entrepreneurship Pendidikan di Indonesia masih kurang memperhatikan kewirausahaan selaku human capital. Namun di pendidikan yang akan eksis di masa depan akan menjadikan entrepreneurship sebagai misinya. Perguruan tinggi harus menjadi agent of cultural change. Namun ada perbedaan pemahaman yang terjadi di lapangan berkaitan dengan kwirausahaan, beberapa pakar bependapat bahwa pendidikan kewirausahaan adalah mendidik perserta didik untuk menjadi pengusaha. Menurut hemat saya pemahaman tersebut tidak sepenuhnya benar karena pendidikan kewirausahaan adalah menanamkan jiwa kreatif dan inovatif bagi peserta didik artinya perserta didik di harapkan dapat survive di semua lingkungan lingkungan. Kalau pendidikan kewirausahaan di jadikan salah satu mencetak pengusaha maka hal ini akan muncul permasalahan baru karena dalam kehidupan bernegara ini ada tiga profesi yang sama pentingnya yaitu: tehnokrat, birokrat dan praktisi bisnis (Jumadi, 2010)
Pendidikan kewirausahaan hanya menekankan pada kemampuan mengelola bisnis maka tidak ada yang akan menjadi birokrat dan tehnokrat maka hal ini akan menghambat semua bidang kegiatan termasuk perintahan. Oleh karena itu apa bila kita ingin menanamkan jiwa kewirausahaan kepada anak didik harus menanamkan jiwa kreatif inovatif berani mengambil resiko dengan perhitungan yang matang. Serta yang tidak kaah pentingnya adalah dalam proses pendidikan harus mengembangkan dan mengedepankan profesioanlisme. Dimana propfesionalisme dalam akan mengedepankan sapek pertangungjawaban moral dalam beraktivitas (Jumadi, 2004) Apabila semua intitisi pendidikan mengembangkan cara ini maka di harapkan setiap lulusan akan terserap di semua bidang profesi. 4. PENUTUP Di saat, masyarakat membutuhkan adanya pekerjaan-pekerjaan baru yang dapat menampung mereka untuk mendapatkan penghasilan. Tuntutan ini dapat teratasi jika system pembelajaran di perguruan tinggi dibekali jiwa kewirausahaan, sehingga setelah usai menginggalkan bangku kuliah, mereka dapat meng-create kegitanya. Setelah peserta didik menyelesaikan pendidikan diharapkan mereka memiliki 3 (tiga) kecakapan, yaitu : 1. Memiliki karakter positif, bermental entrepreneur 2. Memiliki ketrampilan dan pengetahuan khusus, sehingga dapat selalu survive dalam kondisi apapun. 3. Mengubah hidupnya menjadi lebih baik; Dalam menghadapi globalisasi saat ini, kita mau tidak mau harus mempersiapkan dan menata diri semaksimal mungkin dengan kesiapan bekal pengetahuan dan ketrampilan disertai dengan mental yang positif. Dengan demikian diharapkan kita mampu eksis dan bersaing mendapatkan apa yang dicita-citakan. Semoga menjadi renungan bagi kita, anak bangsa yang sedang bergeliat dan bangkit untuk keluar dari krisis multidimensional ini; menjadikan pendidikan sebagai upaya yang kita upayakan bersama untuk bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat tanpa terkecuali. Sehingga generasi yang akan lahir kelak, mampu untuk memberdayakan dirinya, keluarga, masyarakat dan bangsanya, dan mampu berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Refensi: 1. Ahmad Subagyo Orasi Ilmiah di STIE GICI Jakarta 2003. 2. Jumadi, Propesional di Perguruan tinggi Harian Umum Bernas Yogyakarta 2004. 3. Jumadi, Kegagalan peran Lembaga pendidikan dalam menciptakan Manusia Unggul” Jurnal Ilmiah Populika Fakultas ISIPOL Universitas Widya Mataram Yogyakarta Edisi Mei 2005. 4. Jumadi, Kewirusahaan bahan kuliah FE UWMY 2010.